
“Iya Pak, saya memang sudah lama mengincar rumah itu.”
“Tapi kamu nggak tau kalau ada orang di rumah itu?”
“Nggak tau pak, saya kira rumah itu kosong, saya kira orangnya sudah pergi semua.”
“Gimana kok kamu bisa ngira rumah itu kosong?”
“Saya selidiki dulu Pak.” Dahi polisi Surip berkerut merut,
“Nyelidiki gimana?”
“Ehm...,” Jupri terdiam agak lama.
“Pertama saya liatin mahasiswi yang ngontrak di situ sudah pada keluar semua. Trus saya coba nelpon berulangkali nggak ada yang ngangkat. Habis itu saya ketuk-ketuk pintunya, belnya juga saya pencet nggak ada yang buka pintu. Akhirnya ya saya yakin kalau rumah itu kosong. Trus saya masuk aja lewat jendela.”
“Dan akhirnya kamu kepergok sama Surti?” tanya polisi Surip lagi.
“Iya Pak. Waktu saya masuk ya saya kaget ngeliat... hmph...,” Jupri menahan tawanya. Bias ketakutan yang semula merona di wajah sirna seketika. Polisi Surip pun mengulum senyum, tanpa diceritakan Jupri ia sudah tahu kelanjutan ceritanya. Informasi yang didapat sebelumnya dari Surti, pembantu di rumah kontrakan mahasiswi itu, melengkapi jalan cerita yang terangkai dalam benak polisi Surip.
“Iya Mas Polisi, gimana nggak kaget!? Memang saya tau telepon beberapa kali berdering, pintu juga diketu-ketuk orang. Tapi saya biarkan saja. Saya
“Apa nggak boleh saya pake masker Mas? Saya
“Tuan rumah yang lugu, maling yang bodoh...!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar